Selasa, 29 Desember 2015

makam prabu jaka saliwa




MAKAM PRABU JAKA SALIWA
Oleh    : Imam Mujahid
NIM    : 133211084

Makam ini sudah ada sejak zaman dahulu, tepatnya ada di Desa Pamulihan dan berjarak kurang lebih 2 km dari desa. Makam ini berdampingan dengan makam para kaum muslimin Desa Pamulihan. Banyak warga yang sering mengunjungi makam tersebut, terlebih para siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ketika jam olah raga sekedar rasa ingin tahu dengan makam Prabu Jaka Saliwa.
Menurut para warga, peranan yang dilakukan oleh Prabu Jaka Saliwa terhadap penyebaran agama Islam sangat besar sehingga Desa Pamulihan dan sekitarnya menganut agama Islam yang sangat heterogen. Akan tetapi, keberagaman yang di anut tidak mengurangi rasa toleransi dan kerukunan sesama umat Islam berkurang, malah semakin bertambah sampai sekarang ini.
Siapa saja yang ingin memasuki makam tersebut, dianjurkan untuk bersikap baik, tidak mengeluarkan kata-kata yang kotor atau jorok, di larang untuk meludah sembarangan, dan itu semua harus dipatuhi. Apabila di langgar konon akan terjadi sesuatu yang melanggarnya, serta tidak kalah penting kita di anjurkan untuk memanjatkan doa di makam tersebut dan mengisi gentong (tempat untuk menyimpan uang) dengan uang yang kita bawa. Akses untuk menuju ke makam tersebut memang tidak mudah dan harus memerlukan tenaga yang ekstra, karena harus menyebrangi sungai sepanjang 20 meter yang aliran airnya cukup deras serta menaiki bukit yang sangat terjal dan itu hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki tidak bisa dengan kendaraan. Namun semua itu akan terbayar dengan keindahan alam yang di sajikan oleh sang Pencipat, di atas bukit kita bisa melihat pemandangan serta bisa melihat Desa Karangbokong, Desa Kamal terlebih Desa Pamulihan.
Warga Pamulihan sangat menjaga dan merawat Makam Prabu Jaka Saliwa ini dari dahulu hingga sekarang karena peranan yang sangat besar oleh beliau terhadap penyebaran agama Islam di Desa Pamulihan dan sekitarnya.


NGABESAN
Oleh    : Imam Mujahid
NIM    : 133211084
Tradisi ini salah satu yang ada di Desa Pamulihan Kec. Larangan Kab. Brebes dari dahulu sampai sekarang, yang mungkin saja tidak akan di jumpai di daerah lain. Ngabesan dalam bahasa Jawa artrinya kondangan (memenuhi undangan pernikahan). Melibatkan ratusan orang, baik ibu-ibu maupun bapa-bapa. Selaku sohibul hajat (yang punya hajat) jauh-jauh hari mengajak warga untuk ikut ngabesan dan di datangi langsung ke rumah-rumah warga yang di ajak. Tidak hanya sehari dua hari bahkan bisa seminggu lebih untuk mengajak para warga ngabesan.
Adapun tata cara pelaksanaan ngabesan adalah sebagai berikut:
1.      Pihak dari mempelai perempuan terlebih dahulu ngabesan kepada pihak mempelai laki-laki. Biasanya dua hari setelah resepsi yang di adakan oleh pihak mempelai laki-laki.
2.      Sebaliknya pihak dari mempelai laki-laki bergantian ngabesan ke pihak mempelai perempuan tiga hari setelah pelaksanan resepsi yang di adakan oleh pihak perempuan.
3.      Sebelum pemberangkatan ngabesan terlebih dahulu di umumkan oleh pihak laki-laki maupun perempuan di sound dengan tujuan untuk mengingatkan warga yang di ajak ngabesan untuk bersiap-siap.
Contoh pengumumannya sebagai berikut:
Di umumkeun kangge sadaya masyarakat Desa Pamulihan anu badhe ngirin ngabesan ka hajatna bapa Tarsudi enggal-enggal kumpul tabuh dua. ( di umumkan kepada masyarakat Desa Pamulihan yang mau ngabesan kepada hajatnya bapa Tarsudi cepat-cepat kumpul jam dua). Pengumuman ini biasanya di ulang-ulang selama tiga kali.
4.      Di awali oleh ibu-ibu secara beramai-ramai dengan berjalan kaki namun ada juga yang menggunakan kendaraan. Setelah sampai di rumah hajat, akan di sambut dengan lagu khas ngabesan begitu juga ketika mau pulang.
Yang di bawa oleh ibu-ibu ketika ngabesan adalah berupa beras, dan aneka jajan. Serta akan di suguhkan dengan teh anget, aneka jajan, buah-buahan dan nasi ponggol (nasi yang di bungkus).
5.      Setelah ibu-ibu pulang ngabesan akan di susul oleh bapa-bapa. Sama halnya dengan ibu-ibu, bapa-bapa juga akan di sambut dengan lagu khas ngabesan ketika datang dan pulang.
Yang di bawa hanyalah uang, biasanya Rp. 20.000- 30.000, serta akan di suguhkan dengan teh anget, aneka jajan, buah-buahan, sprite, rokok, sate ayam maupun sate sapi yang sudah ditusuk.

Tradisi ngabesan ini sangat unik, sakral serta di junjung tinggi oleh warga Desa Pamulihan yang pasti akan di lestarikan sampai kapan pun karena sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dari nenek moyang dahulu.