Senin, 27 April 2015

ahlak islami

I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam merupakan agama pungkasan dari agama-agama sebelumnya. Dengan pedoman yang telah mendapat jaminan dari Allah SWT yaitu Al- Qur’an, perkembangan umat muslim di seantero negeri ini sangat pesat dan terus berkembang.
Add caption
Telah disempurankan pula dengan kehadiran seorang Nabi yang Sekaligus Rosul yakni Muhammad SAW putra dari Abdullah yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi seluruh umat muslim, tidak terkecuali umat non muslim yang juga meyakini keistimewaan Beliau.
Berbicara mengenai suri tauladan, tentunya menyangkut masalah Akhlak. Sungguh Beliau Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya manusia.
Telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan juga Hadist, bahwasannya selain Beliau diutus untuk menyemprunakan Agama dari Agama-Agama sebelumnya, Beliau juga diutus untuk menyempurnakan Akhlak Manusia. Akhlak yang mulia tentunya akhak yang sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan memaparkan tentang bagaimana Akhlak Islam yang mulia, seperti anjuran Allah yang difirmankan di dalam Al-Qur’an dan juga yang disampaikan Nabi Muhammad Melalui Sabdanya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Akhlak?
2.      Apa sumber dari Akhlak Islam dan seperti apa ciri-cirinya?
3.      Bagaimana aplikasi Akhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari?
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan :
1.      Semakin mengetahui dan juga paham tentang apa itu Akhlak.
2.      Mengetahui apa yang menjadi sumber dari Akhlak dalam islam.
3.      Dan bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.







II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ  yang menurut bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.
Secara epistemologi atau istilah, akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :
Ø  Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Ø  Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul uatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.
Ø  Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
“bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.[1]
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya. Menurut hemat penulis, akhlak merupakan serangkaian tindakan atau tingkah laku manusia yang baik maupun buruk, dan kemudian dijadikan sebuah kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
            Perihal mengenai “Akhlak” di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.  Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan sistem tingkah laku yang berdasarkan Islam, yakni bertitik pusat pada akidah yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada Agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:
عَنْ اَنَسِ بْنِ ماَلِكٍ قَالَ النَّبُّى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا ماَ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ وَرَسُوْلِهِ
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang tidak dipungkiri lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (sa’adah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem Akhlak. Sedangkan sa’adah menurut sistem moral/akhlak yang Agamis (Islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
  1. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
  2. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral Muslim.
  3. Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
  4. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sanksi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut  kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
      Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak Islam secara global hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan, seperti yang disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa sistem moral/akhlak itu berdasar pada kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati.
      Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi Iman dari seseorang yang dijadikan sebagai contoh (suri tauladan, ialah Rasullah Saw). Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia, agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin umat manusia.
Akhlak di dalam ajaran Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Akhlak juga banyak dibicarakan tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada Akhlak Islam.
Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia, bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri Akhlak Islam yaitu:
  1. Kebajikan yang mutlak Islam, menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
  1. Kebaikan yang menyeluruh dengan Akhlak Islam, menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kemampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
  1. Kemantapan Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memeliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa.
  1. Kewajiban yang didasari Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT.
C.    Beberapa Aplikasi Akhlak Islam
Di dalam Agama Islam, dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar semuanya ada tuntunannya, dan itulah salah satu keistimewaan dari Agama Islam. Di bawah ini kami akan menguraikan beberapa contoh pengaplikasian dari Akhlak Islam yang sudah biasa kita jumpai sehari-hari.
1.      Memuliakan Orang Tua
Allah SWT berfirman, “kami pesankan kepada manusia agar mereka menggauli kedua orang tua mereka dengan baik. Jika kedua orang tuannya menyuruhnya untuk berbuat syirik kepada-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah ditaati. Ketahuilah, hanya kepada-Ku kalian semua akan dikmbalikan. Lantas, akan Aku kabarkan apa pun yang telah kalian perbuat.” (QS. Al- Ankabut :8).
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya, dosa yang paling besar disisi Allah adalah dosa seseorang yang melaknat kedua orang tuanya.” Para shahabat bertanya, “bagaimanakah bentuknya seseorang itu melaknat kedua oramg tuanya?” Rasulullah SAW menjawab, “seseorang mengeluarkan kata-kata yang isinya mencela dan menghina keduannya.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Amr).
Tidak ada yang paling dekat dalam kehidupan seseorang selain kedua orang tuanya. Keduanya adalah orang-orang yang sangat berjasa dalam membesarkan dan menjaga kita sampai tidak terhingga, bahkan ketika kita sudah berkeluarga pun, orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Orang tua menempati posisi yang kedua yang wajib kita muliakan, kita patuhi setelah Allah SWT, seperti yang tertera di dalam Al-Qur’an surat Al-Israa’ ayat 23-24. Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwasanya diperintahkan ke pada hambanya supaya tidak menyekutukan Allah dan kemudian diperintah untuk muliakan kedua orang tuamu. Tidak dibolehkan seorang anak membentak apalagi menyakiti hati kedua orang tuanya, karena menghormati, mematuhi dan memuliakan orang tua hukumnya wajib bagi setiap umat muslim, kerana murka Allah tergantung pada murka orang tua, dan Ridlo Allah tergantung pada Ridlo orang tua.
Allah SWT menyebutkan balasan yang harus anak-anak berikan kepada kedua orang tuanya adalah “syukur”. Anak-anak harus merasa “bersyukur” dengan jasa-jasa yang orang tua telah berikan sebagaimana syukur seorang hamba kepada Allah SWT. Allah menempatkan syukur kepada orang tua sebagai syukur kedua setelah kepada Allah. Hal itu mengindikasikan betapa syukur kepada orang tua adalah sebuah keharusan.[2]
2.      Adab Makan dan Minum
Kita makan karena makanan memberikan kekuatan dan memperbaiki tubuh. Setelah udara dan air, makanan sangat penting untuk kehidupan dan menjaga tubuh kita agar tetap sehat. Jika seorang manusia yang kuat dan sehat tidak makan selama beberapa hari ia akan mati kelaparan.
Jika lapar seseorang harus makan, tetapi cukup seperlunya saja, supaya tidak sampai kekenyangan, sehingga makanan itu akan lebih mudah dicerna dan menghasilkan tenaga yang cukup untuk bekerja dengan baik. Makan terlalu banyak membuat perut berat dan menimbulkan kebodohan, kemalasan, dan akan membuat mata kantuk.
Di dalam Al-Qur’an Allah yang maha kuasa telah menunjukan berbagai jenis makanan yang dihalalkan dan juga diharamkan, “dan makanlah apa yang diberikan Allah kepadamu sebagai rizki yang halal dan baik. Dan takwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu beriman.”(QS Al-Maidah [5]:88).
Jenis makanan yang dihalalkan dan sehat mendatangkan manfaat dan berkah, namun menyantap jenis makanan yang haram mendatangkan kerugian dan kerusakan. Tidak patut kita makan makanan yang mewah dan mahal, kerena kita harus selalu ingat kepada saudara-saudara kita yang miskin bahkan juga kelaparan.
Tata cara makan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW secara ringkas adalah seperti berikut ini:
1.      Mencuci tangan sebelum makan.
2.      Membaca Basmallah sebelum makan.
3.      Menggunakan tangan kanan.
4.      Sekurang-kurangnya menggunakan tiga jari tangan.
5.      Pada saat mengambil makanan, tubuh supaya agak sedikit membungkuk kedepan.
6.      Mengambil makanan hanya yang ada tepat di depan anda, dan senandainya makanan yang anda inginkan jauh dari hadapan anda, mintalah tolong kepada orang yang dekat dengan makannan tersebut.
7.      Jangan memasukan bermacam-macam makanan yang berbeda sekaligus ke dalam mulut pada waktu yang bersamaan.
8.      Beryukur kepada Allah setelah makan.
9.      Membersihkan sisa makanan yang ada dijari maupaun yang sisa di piring setelah anda makan.
10.  Tidak bersandar ketika makan.
11.  Jika tidak menyukai cita rasa masakan yang disajikan, jangan sekali-kali menyentuhnya.
12.  Jangan makan-makanan yang masih panas.
13.  Sehabis makan, ucapkanlah do’a.
3.      Adab Berpakaian
Di antara makhluk hidup yang diciptakan Allah, hanya manusia yang memerlukan pakaian, karena Allah menanamkan kepadanya perasaan malu dan moral yang membuat manusia menutupinya. Pakaian juga melindungi manusia dari kekerasan cuaca, seperti panas dan dingin, serta membuat manusia lebih elok dan mempesona.
Allah Yang Maha Kuasa berfirman, “Wahai Bani Adam! Telah kami turunkan kepadamu pakaian guna menutupi auratmu dan sebagai perhiasan bagimu.”(QS. Al-A’raf [71]:26).
Namun Allah Yang Maha Agung tidak menurunkan pakaian yang siap digunakan manusia, tetapi memberi tahu manusia begaimana membuat pakaian. Kemudian manusia dengan menggunakan akal dan keterampilannya membuat pakaian untuk dirinya. Yang pertama mereka butuhkan adalah keperluan untuk menutupi kebutuhan moral dan bagian-bagian vital tubuhnya. Kemudian pakaian yang dapat menyelamatkannya dari hawa panas dan dingin dan juga yang dapat memperelok dirinya.
Amir bin Syab R.a meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “gunakan pakaian apapun, asal tidak mewah dan congkak.”(HR. Nasa’i).
Samurah R.a meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “pakailah pakaian berwarna putih karena yang paling bersih dan elok.” (HR. Nasa’i).
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah mengutuk pria yang berpakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian pria (HR Abu Dawud).
Huzaifah R.a meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang makan dan minum di atas piring dan gelas perak, dan memakai pakaian dari sutera atau duduk diatasnya (HR Bukhari).
Abu Hurairah R.a meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang pria memakai cincin emas (HR Bukhari).
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah tak akan menggubris orang yang berjalan dengan menyeret bagian bawah pakaianya dengan congak.”(HR. Bukhari).
Seorang yang memberi pakaian kepada saudaranya yang membutuhkan akan mendapat pahala yang besar dari Allah, seperti yang tertera dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id R.a, Rasulullah bersabda. “barang siapa memberi pakaian seorang muslim yang telanjang, Allah Yang Maha Agung akan memberinya pakaian di hari pengadilan di dalam pakaian warna hijau.” (HR. Abu Dawud).
Kemudian juga ada hadist Nabi yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, bahwasanya Rasulullah bersabda, :jika seorang muslim memberi muslim lainnya pakaian, Allah akan menjaganya sepanjang-panjangnya oakaian yang digunakan pemakainya.” (HR. Tirmidzi).
Secara singkatnya, dibawah ini yang diajrakan Nabi SAW perihal pakaian :
1.      Pakaian harus melindungi tubuh manusia dari kerasnya cuaca, menutupi bagian-bagian vital tubuh dan tidak mdenimbulkan rasa congkak.
2.      Seperti apa pun gaya, model, dan hiasannya, jangan sampai menimbulkan rasa angkuh dan kesia-siaan.
3.      Bagi laki-laki, pakaian bersih dan putih lebih dianjurkan, karena kesantunan dan kesusilaan dan kesucianya dari pada pakaian warna-warni.
4.      Laki-laki yang menggunakan pakaian permpuan dan sebaliknya adalah tercela.
5.      Laki-laki haram memakai pakaian yang terbuat dari sutera.
6.      Seorang muslim dikenal karena pakaian yang dikenakannya.
7.      Kaum perempuan haram memakai baju tipis dan tembus pandang.[3]
Ketujuh anjuran Nabi mengenai pakian diatas, setidaknya akan membawa kita kedalam tingkatan yang lebih baik lagi dimata Allah SWT.
























III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sangat istimewa, karena salah satunya yaitu semua perihal kebiasaan, baik kecil maupun besar, semuannya dibahas dan diberikan tuntunan sesuai dengan ajarannya. Kehadiran seorang manusia dari gurunan pasir timur tengah, yang merupakan Bani Hasyim yaitu Muhammad bin Abdullah, sangatlah berperan sangat baik untuk kehidupan umat manusia. Dengan didasari Akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an, beliau sukses menyebarkan Agama Islam diseluruh ngara Timur Tengah.
Akhlak merupakan serangkaian tindakan atau tingkah laku manusia yang baik maupun buruk, dan kemudian dijadikan sebuah kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Telah difirmankan dan disabdakan didalam hadist Nabi, bahwasanya sumber tauladan Akhlak Islam adalah beliau baginda Rasulullah SAW.
Akhlak Islam diturunkan bukan tenpa memiliki tujuan, tapi sangat banyak tujuan sekaligus manfaat bagi seluruh umat muslim, yang secara umum mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Setelah kita memahami Akhlak di dalam Agama Islam, setidaknya akan paham dan mengerti apa yang dianjurkan Islam melalui Rasulullah perihal Akhlak. Mari kita bersamam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menerapkan Akhlak yang sebaik-baiknya. Lakukan kebaikan sekecil-kecilnya, dari pada tidak sama sekali, maka dengan sendirinya kamu akan menjadi lebih baik dan melakukan kebaikan yang lebih besar dan lebih besar nantinya.
B.     Saran dan Rekomendasi
Alhamdulillah makalah dengan judul “Akhlak Islam” ini telah kami selesaikan dengan segala kemampuan. Namun kami sadar, dalam penulisan makalah ini, baik dari pengolahan kata dan penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan, kerena masih sangat minimnya pengetahuan dalam diri kami. Untuk itu kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik sekaligus saran dari pembaca yang budiman, guna untuk membangun rasa semangat, supaya makalah yang selanjutnya bisa lebih baik dan juga bermanfaat bagi kita semua. Atas hal itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA
Haq, Anwarul. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, Cara Praktis hidup Sehari-Hari. Penerbit Marja. Bandung. 2004.
Shoelhi, M. RA Gunadi Seratus Cerita Tentang Akhlak. Naragita Dinamika. Jakarta. 2006.





[1] http://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com/2013/09/akhlak-islami.html
[2] M. Shoelhi dan RA Gunadi, Seratus Cerita Tentang Akhlak, Naragita Dinamika, Hal79-80
[3] Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, Cara Praktis hidup Sehari-Hari, Penerbit Marja, Hal 28-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar